'MODERASI' UPAYA PENCEGAHAN DARI ISLAMOPHOBIA

 

'


Polemic islamaphobia kini kembali menjadi perbincangan panas baik di dunia digital maupun social. Apalagi adanya kasus pembakaran Al Qur’an di Swedia dan disusul oleh kasus penyobekan Al Qur’an di Belanda. Tak dipungkiri, latar belakang dari masalah ini  karena dipelopori oleh kaim ekstrem yang menjadikan perkara ini hanya untuk memafiliasi kepentingan kelompok. Motif dari aksi ini karena adanya protes dari Rasmus Paludan yang mana dia adalah seorang pemimpin partai stream kurs sayap kanan Denmark. Dia melakukan aksi protes karena mengkritik Nato, Turki dan Presiden Turki terkait kebebasan berekspreksi di Swedia (Jakarta, CNBC Indonesia). Lantas mengapa, jika ini menjadi kepentingan pribadi golongan mereka, akan tetapi mereka mengkambing hitamkan Al Qur’an menjadi senjata perang mereka? Bisakah kita sebut bila hal ini menjadi suatu alibi dari aksi kaum rasisme untuk melemahkan ( memancing amarah ) umat Islam? Lalu bagaimana tanggapan dan antusias warga muslim mengenai perihal ini?

Pada nyatanya, kejadian seperti ini tidaklah hanya satu dua kali pernah terjadi. Di tahun tahun sebelumnya dengan objek dan subjek orang yang terlibat sama. Akan tapi dapat kita cermati, dengan bertubi tubinya polemic seperti ini, pada realitanya tak mengubah sedikitpun iman dalam diri dari setiap orang muslim. Bahkan tanpa mereka sadari  dengan aksi yang mereka lakukan seolah olah mereka membeberkan sayap kebencian mereka terhadap Islam yang mana hal ini sebenarnya  dapat di jadikan patokan semua orang dimana mereka bisa menilai mana perihal yang baik dan mana perihal yang buruk. Dan pada faktanya, dari aksi mereka Al Qur’an tidak menjadi hina krenanya justru memancing rasa penasaran dari mereka yang belum tahu isi Al Qur’an. Inilah wujud manisfentasi dari  kesempurnaan agama islam seperti pada surah al maidah : 15 “الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا “ yang berarti semua yang dikabarkan oleh Allah adalah yang haqq, yang benar tidak  bathil dan tidak ada satupu keraguaan atau pertentangan didalamnya, sehinnga dalam hal ini “وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا” ( al an’am : 6) “Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur-an), (sebagai kalimat) yang benar dan adil. Oleh karena itu tidak  ada satupun dari mereka yang bisa mengalahkan bahkan menjatuhkan agama kebenaran yakni addinul islam.

Al Qur’an adalah kallamullah. Ini suatu kemutlakan yang sepenuhnya wajib kita sadari, sehingga tidak dapat seorang pun menyepelekan dari integritas dari Al qur’an itu sendiri. inna nahnu najjalna dzikro wa inna lahafizun. Di zaman ini, banyak yayasan atau lembaga pendidikan yang menggembor gemborkan ekstra Tahfidzul Qur’an atau bahkan sudah adanya suatu yayasan yang disiplin ilmunya lebih  memperiotaskan  dengan pengajaran khusus ilmu Al Qur’an atau biasa disebut Tahfidzul Qur’an. Dari itupun dapat kita ketahui, semakin banyak para hamilul qur’an di tengan tengah hiruk pikuk dunia zaman metropolitan ini. Kita sadarai, semakin banyaknya para penjaga kalamullah yang terpilih dalam menjaga lafadz lafadz agung Nya. Dalam hal ini, secara langsung telah tumbuhlah generasi penurus yang berjiwa qur’aniyah yang siap gempur dengan beragama problematika kaum ektremisme ini. Menurut mereka, senjata terkuat dari peruntuhan kompositas muslim yakni melalukaukan e=deskriminasi dengan memperalat al  qur’an, tapi faktanya, hal ini sangatlah tidak seimbang, mereka terkecoh, yang dimana niotabene telah lahirlah jiwa jiwa iman kuat dengn memiiki sumber huum tang otentik yang tak lapuk oleh masa yakni kalamullah, al qur’an.

Dengan begitu yang menjadi point of problems saat ini adalah bagaiamana kita berpegabng teguh dalam ruhani ismiyah dengan tetap memegang konsep ummatan wasattan. Konsep ii yang biasa di kenal denagn modrasi. Dalam menanggapi masalah tersebut, kita diperbolehkan angkat bicara, mennetang atas ketidak relaan dalam menjatuhkan symbol nilai umat islam, tapi unuk itu, semua tetap memilki batas. Islam rahmatalla lil alamain, pembawa kasih sayang untuk ummat. Tidaklah kita bisamenilu secaar bulat bulat konsep islam seperti dahulu, dengan angkat senjata perang, karena pada nyata kita berada di lain zaman. Salah satu cara ampuh unuk tetap melawan musuh dengan tetap dalih bedakwah yakni denag amla ma’ruf, ehingga musuh dapat meniai dengan sendiri. tidaklah usah untuk terpancing amarah yang berlebih , karena itu salah dari ciri kaum ekstrem. Kta urusi agama kita , dan kita jaka merka menuju dala kebaikan dengn penyadran pada dirinya sendiri. denagn betigu kembalilah pada konsep lakum dinukukm waliyadin. Agama untukmu agaku untuku. Dengan begitu terciptalah konsep moderasi denagn tindak kan yang spontaniitas yakni toleransi antar agama, sehingga menjadikan kehidupan rukun bernafas islamiyyah. Wallahualam

 

Komentar